Powered By Blogger

Rabu, 09 Maret 2011

Menentukan Sifat Asam, Netral, atau Basa Larutan Garam


Menentukan Sifat Asam, Netral, atau Basa Larutan Garam


BelajarKimia-Pertanyaan
Tentukan dengan menggunakan reaksi hidrolisis apakah garam-garam dibawah ini akan menghasilkan larutan yang bersifat asam, netral, atau basa.
  • KNO2
  • NaCH3COO
  • NH4Cl
  • NH4NO3
  • KCN
  • NaCl
  • KI
  • KF
  • KNO3
BelajarKimia-Solusi
Hidrolisis adalah istilah umum yang dipergunakan untuk menyebut reaksi suatu zat dengan air. Hidrolisis atau dalam bahasa Ingris disebut sebagai “Hydrolysis” berasal dari kata “hydro” artinya air dan “lysis” artinya peruraian. jadi hidrolisis bisa diartikan sebagai peruraian oleh air. Sifat asam, netral, atau basa larutan garam ditentukan oleh reaksi hidrolisis baik kation atau anion garam tersebut. Yang perlu diingat disini adalah bila kation yang terhidrolisis maka akan dihasilkan larutan yang bersifat asam. Bila anion yang terhirolisis maka akan dihasilkan larutan yang bersifat basa, dan bila kation atau anion yang terhidrolisis maka sifatnya ditentukan oleh nilai Ka dan Kb, nilai yang paling besar menentukan sifat larutannya.
KNO2 , NaCH3COO, KCN, dan KF adalah garam yang berasal dari basa kuat dan asam lemah. Basa dari kation K+ dan Na+ adalah basa kuat dan asam dari anion NO2 - , CH3COO- , CN-, dan F- adalah asam lemah. Yang lemah yang akan terhirolisis, jadi anion yang akan terhidrolisis dan sifat larutan yang dihasilkan adalah basa.
NO2 - + H2O -> HNO2 + OH-
CH3COO- + H2O -> CH3COOH + OH-
CN- + H2O -> HCN + OH-
F- + H2O -> HF + OH-
NaCl, KI, dan KNO3 adalah garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat. Garam-garam ini tidak mengalamai hidrolisis sehingga larutannya bersifat netral.
NH4Cl, dan NH4NO3 adalah garam dimana kationnya berasal dari basa lemah dan anionnya berasal dari asam kuat. Yang terhidrolisis adalah kationnya sehingga larutan yang dibentuk dari garam-garam tersebut bersifat asam.
NH4+ + H2O -> NH4OH + H+

Titrasi asam basa

Titrasi Asam Basa


Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.

Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
Anda bisa menggunakan rumus diatas bila anda menhadapi soal-soal yang melibatkan titrasi.